FILSAFAT BAHASA
Bahasa dan filsafat
merupakan dua sejoli yang tidak terpisahkan. Mereka bagaikan dua sisi mata uang
yang senantiasa bersatu. Minat seseorang terhadap kajian bahasa bukanlah hal
baru sepanjang sejarah filsafat. Semenjak munculnya Retorika Corax Dan Cicero pada
zaman Yunani dan Romawi abad 4-2 SM hingga saat ini (Post Modern), bahasa
merupaka salah satu tema kajian filsafat yang menarik.
Akan tetapi, perhatian dunia filsafat terhadap
bahasa belum pernah begitu luas, umum, dan mendalam seperti sekarang ini. Dapat
dikatakan, perhatian filsafat terhadap bahasa saat ini sama agungnya dengan
“being” (Yang Ada) dalam filsafat klasik dulu. Dalam diri keduanya ada
kemiripan, konsep “being” dan bahasa sama-sama memiliki universalitas.
Perbedaanya terletak dalam variasi sudut pandang.
Salah
satu hal yang mencolok dan sekaligus mengagumkan, bahwa dalam berbagai aliran
filsafat abad ke-20 hingga sekarang, seperti dalam fenomenologi,
eksistensialisme Heidegger, filsafat analitik masalah bahasa memainkan peranan
yang sangat besar. Jika bahasa dimengerti dalam arti luas, yaitu dalam arti
“teks”, “texture” atau jalinan struktur-struktur, maka akan mendapatkan banyak
filosof yang digolongkan sebagai yang memiliki kecenderungan logosentrisme.
Dengan
tidak mengecilkan filsafat Barat abad ini, bahwa dalam tradisi filsafat Islam
pun sepanjang sejarah perkembangannya, masalah bahasa telah menjadi tema
sentral kajian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar