Aliran Empirisme Menurut David Hume
Aliran empirisme dibangun pada abad ke-17 yang muncul setelah
lahirnya aliran rasionalisme. Bahkan aliran empirisme bertolak belakang dengan
aliran rasionalisme. Menurut paham empirisme bahwa pegetahuan bukan hanya didasarkan
pada rasio belaka, di inggris.
Konsep mengenai filsafat empirisme muncul pada abad modern yang lahir karena
adanya upaya keluar dari kekangan pemikiran kaum agamawan di zaman skolastik.
Descartes adalah salah seorang yang berjasa dalam membangun landasan pemikiran
baru di dunia barat. Descartes menawarkan sebuah prosedur yang disebut keraguan
metodis universal dimana keraguan ini bukan menunjuk kepada kebingungan yang
berkepanjangan, tetapi akan berakhir ketika lahir kesadaran akan eksisitensi
diri yang dia katakan dengan cogito ergo sum yang artinya saya berpikir, maka
saya ada.(Ilyas Supeno, tt: 3). Teori pengetahuan yang dikembangkan
Descartes dikenal dengan rasionalisme karena alur pikir yang dikemukakan Rene
Descartes bermuara kepada kekuatan rasio manusia. Sebagai reaksi dari pemikiran
rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang kemudian yang
bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu
bersumber pada pengalaman atau empirisme. Mereka inilah yang disebut sebagai
kaum empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley,
dan David Hume. Dalam makalah ini tidak akan membahas semua tokoh empirisme,
akan tetapi akan dibahas empirisme David Hume yang dianggap sebagai puncak
empirisme yang paling radikal.
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia dan mengecilkan peranan
akal. Empirisme dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman.
Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme
berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh
melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia,
yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran
adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Empirisme menolak
anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika
dilahirkan. Paham empirisme ini mempunyai ciri-ciri pokok yaitu:
Teori pada aliran empirisme biasanya dinyatakan sebagai teori tentang asal
pengetahuan yaitu asal usul ide atau konsep. Pada abad pertengahan, teori ini
diringkaskan dalam rumus Nihil Est in Intellectu Quod Non Prius Feurit in Sensu
(tidak ada sesuatu di dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman).
Pernyataan ini merupakan tesis Locke yang terdapat dalam bukunya “An Essay
Concerning Human Understanding” yang dikeluarkan tatkala ia menentang ajaran
ide bawaan (Innate Idea) kepada orang-orang rasional. Jiwa (Mind) itu tatkala
dilahirkan keadaannya kosong laksana kertas putih yang belum ada tulisan di
atasnya dan setiap ide yang diperolehnya mestinya datang melalui pengalaman,
yang dimaksud di sini adalah pengalaman indrawi. Hume mempertegas teori ini
dalam bab pembukaan bukunya “Treatise of Human Nature (1793)” dengan cara
membedakan antara ide dan kesan. Semua ide yang kita miliki itu datang dengan
kesan-kesan, dan kesan itu mencakup penginderaan, passion dan emosi.
Menurut rasionalis ada beberapa kebenaran umum seperti setiap kejadian tertentu
mempunyai sebab, dasar-dasar matematika dan beberapa prinsip dasar etika dan
kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah
kebenaran a priori yang diperoleh keluar intuisi rasional. Empirisme menolak
hal demikian karena tidak ada kemampuan intuisi rasional itu. Semua kebenaran
yang disebut tadi adalah kebenaran kebenaran yang diperoleh lewat observasi,
jadi ia kebenaran a posteriori.
Poedjawijatna (1997:105) menyatakan bahwa empirisme berguna dalam filsafat pada
umumnya karena dengan empirisme ini filsafat memperhatikan lebih cermat lagi
manusia sebagai keseluruhan. Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:
- Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
- Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
- Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
- Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
- Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
- Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Dari beberapa pandangan mengenai paham empirisme tersebut
diatas, menurut penulis empirisme adalah yang suatu doktrin filsafat yang
menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan. Sehingga setiap
orang yang menyatakan telah memiliki pengetahuan dia harus bisa membuktikan apa
itu pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dapat di ketahui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar