Implikasi Perkembangan Moral dan
Spiritual Terhadap Pendidikan
Untuk
mengembangkan moral dan spiritual, pendidikan sekolah formal yang dituntut
untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan moral dan spiritual mereka.
Sehongga mereka dapat menjadi manusia yang moralis dan religius. Sejatinya,
pendidikan tidak boleh menghasilkan manusia bermental benalu dalam masyarakat,
yakni lulusan pendidikan formal yang hanya menggantungkan hidup pada pekerjaan
formal semata. Pendidikan selayaknya menanamkan kemandirian, kerja keras dan
kreatifitas yang dapat membekali manusianya agar bisa survive dan berguna dalam
masyarakat (Elmubarok, 2008: 30).
Strategi
yang mungkin dilakukan guru disekolah dalam membantu perkembangan moral dan
spiritual peserta didik,yaitu sebagai berikut.
a.
Memberikan pendidikan moral dan
keagamaan melalui kurikulum tersembunyi, yakni menjadi sekolah bagi atmosfer
moral dan agama secara keseluruhan.
b.
Memberikan pendidikan moral secara
langsung, yakni pendidikan moral dengan pendidikan pada nilai dan juga sifat
selama jangka waktu tertentu atau menyatukan nilai-nilai dan sifat-sifat
tersebut kedalam kurikulum.
c.
Memberikan pendekatan moral melalui
pendekatan klarifikasi moral, yaitu pendekatan pendidikan moral tidak langsung
yang berfokus pada upaya membantu siwa untuk memperoleh kejelasan mengenai
tujuan hidup mereka dan apayang berharga untuk dicari.
d.
Menjadikan wahana yang kondusif bagi
perserta didik untuk menghayati agamanya, tidak hanya sedekar bersifat
teoretis,tetapi penghayatan yang benar benar dikontruksi dari pengakaman
keberagamaan.
e.
Membantu peserta didik mengembangkan
rasa ketuhanan melaui pendekatan spiritual parenting, seperti dengan cara
berikut.
§ Memupuk
hubungan dasar anak dengan Tuhan malaui doa setiap hari.
§ Mananyakan
kepada anak bagaimana Tuhan terlibat dalam aktivitasnya sehari-hari.
§ Memberikan
kesadaran kepada anak bahwa Tuhan akan membimbing kita apabila kita meminta.
Menyuruh
anak merenungkan bahwa Tuhan itu adadalam jiwa mereka dengan cara menjelaskan
bahwa mereka tidak dapat melihat diri mereka tumbuh atau mendengar darah mereka
mengalir, tetapitahu bahwa semua itu sungguh-sungguh terjadi sekalipun mereka
tidak melihat apa pun (Desmita,2009: 287).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar