Implementasi
Kurikulum 2013
Oemar Hamalik (2007:190), menjelaskan sebuah kurikulum
yang telah dikembangkan tidak berarti (menjadi kenyataan) jika tidak diimplementasikan,
dalam artian digunakan secara aktual di sekolah dan di kelas. Dalam
implementasi ini, tentu saja harus diupayakan penanganan terhadap pengaruh
faktor-faktor tertentu, misalnya kesiapan sumber daya, faktor budaya
masyarakat, dan lain-lain.
Berbagai dimensi implementasi kurikulum yang penting
untuk dicermati adalah materi
kurikulum, struktur organisasi
kurikulum, peranan atau perilaku, pengetahuan
dan internalisasi nilai. Keberhasilan
implementasi terutama ditentukan oleh aspek perencanaan dan strategi implementasinya.Pada prinsipnya, implementasi ini
mengintegrasikan aspek-aspek filosofis,tujuan, subject matter, strategi
mengajar dan kegiatan belajar, serta evaluasi dan feedback.
1. Konsep
Implementasi Kurikulum
Menurut
Nana Syaodih S., (2001) dalam Rusman (2008:75), untuk mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan rancangan, dibutuhkan beberapa
kesiapan, terutama kesiapan pelaksana. Sebagus apa pun desain atau rancangan
kurikulum yang dimiliki, tetapi keberhasilannya sangat tergantung terhadap
guru. Kurikulum yang sederhana pun apabila gurunya memiliki kemampuan, semangat, dan
dedikasi yang tinggi, hasilnya akan lebih baik dari desain kurikulum yang hebat,
tetapi kemampuan, semangat dan dedikasi gurunya rendah. Guru adalah kunci utama
keberhasilan implementasi kurikulum. Sumber daya pendidikan yang lain pun
seperti sarana prasarana, biaya,
organisasi, lingkungan, juga merupakan kunci keberhasilan pendidikan, tetapi
kunci utamanya adalah guru. Dengan sarana, prasarana, dan biaya terbatas, guru yang kreatif dan berdedikasi tiggi, dapat
mengembangkan program, kegiatan, dan alat bantu pembelajaran yang inovatif.
2. Kemampuan
Guru dalam Implementasi Kurikulum
Menurut
Rusman, (2008:75-77), kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru untuk
mengimplementasikan kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman
esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum.
b. Kemampuan
untuk menjabarkan tujuan-tujuan
kurikulum tersebut menjadi tujuan yang lebih spesifik.
c. Kemampuan
untuk menerjemahkan tujuan khusus kepada kegiatan pembelajaran.
Sedangkan kendala yang harus dihadapi
dalam implementasi kurikulum ini adalah terutama berkenaan dengan:
Pertama, masih lemahnya diagnosis kebutuhan
baik pada skala makro maupun mikro
sehingga implementasi kurikulum sering tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kedua, perumusan
kompetensi pada tahapan mikro sering dikacaukan dengan tujuan instruksional yang
dikembangkan.
Ketiga, pemilihan pengalaman belajar
yang dikembangkan.
Keempat, evaluasi masih sering tidak
sesuai dengan tujuan instruksional yang dikembangkan.
Untuk mengantisipasi kendala yang
dihadapi, maka perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, dalam mendiagnosis kebutuhan
seyogianya masyarakat, baik dewan sekolah maupun komite sekolah, dilibatkan
sejak awal.
Kedua, dalam implementasi kurikulum guru
mempunyai kewenangan penuh dalam menerapkan strategi pembelajaran dan
materi/bahan ajar.
3. Model
Implementasi Kurikulum
Menurut
Rusman (2008:89), model implementasi kurikulum yang dapat digunakan
bermacam-macam, yaitu: model administrasi, model grass-roots, model Beauchamp,
model Taba, model demonstrasi, model Rodgers, model action research, model
emerging technical, dan masih banyak lagi model-model yang lainnya. Pola
penerapan dari masing-masing model tersebut berbeda sesuai dengan kurikulum
yang digunakan.
Nana Syaodih (1997) dalam Rusman (2008:89), menjelaskan bahwa “pemilihan suatu model pengembangan
kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikannya serta pncapaian
hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan
sistem pengelolaan pendidikan yang dianut, serta model konsep pendidikan mana
yang digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar