Senin, 12 Desember 2016

ASAL DAN PERANAN FILSAFAT



ASAL DAN PERANAN FILSAFAT
a.       Asal filsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk ‘berfilsafat’, yaitu sebagai berikut:
1.       Keheranan
Banyak filsuf menunjukan rasa heran (dalam bahasa yunani thaumasia) sebagai asal filsafat. Plato misalnya mengatakan: “mata kita member pengamatan bintang-bintang, matahari, dan langit. Pengamatan ini member dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan ini berasal filsafat”.
2.       Kesangsian
Filsuf-filsuf lain, seperti Augustius (254-430 M) dan Rene Descartes (1596-1650 M) menunjukan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, tetapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh pancaindranya kalau ia heran? Apakah kitatidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Dimana dapat ditemukan kepastian? Karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat, keyakinan, dan interpretensi.
3.       Kesadaran akan keterbatasan
Manusia memulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaranakan keterbatasan dirinya manusia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas (Harry Hamersman 1988, 11)
b.      Peranan filsafat
Menyimak sebab-sebab kelahiran filsafat dan proses pertimbangannya, sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan yang telah diterapkan ialah sebagai pendobrak, pemberantas, dan pembimbing. (Jon Hendrik Rapar, 1996, 25-27).
1.       Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal-hal penuh rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Manusia manerima begitu saja penuturan dongeng dan thayul tanpa mempersoalkan lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa segala dongeng dan tahayul merupakan bagian yang hakiki dari sebuah warisan tradisional nenek moyang, sedangkan tradisi itu benar dan tidak dapat diganggu-gugat, maka dongeng dan tahayul itu sudah pasti benar dan tidak dapat diganggu gugat.
Oleh sebab itu, orang-orang Yunani yang dikatakan memiliki suatu “rasionalitas yang luar biasa”, juga pernah percaya kepada dewi-dewi duduk dimeja Olympus sambil mengucapkan kayangan dengan sorakan dan gelak tawa tidak henti-hentinya. Mereka percaya kepada dewi-dewi yang saling menipu satu samalain, licik, sering memberontak, dan kadang kala seperti anak-anak nakal.

Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sacral dan selama itu tidak boleh diganggu gugat. Kendati pendobrakan itu membutihkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar-benar telah berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.
2.       Pembebas
Filsafat bukan sekedar pendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan mitos dan mite itu,, melainkan juga merenggut manusia keluar dari dalam penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan yang menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal. Filsafat pun membebaskan manusia dari cara berfikir yang tidak teratur dan tidak jernih. Filsafat juga membebaskan manusia dari cara berfikir yang tidak keritis yang membuat manusia mudah menerima berbagai kebenaran semu yang menyesatkan.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
3.       Pembimbing.
Bagaimana filsafat dapat membebaskan manusia dari berbagai macam “penjara” yang hendak mempersempit ruang gera akal budi manusia itu? Sesungguhnya, filsafat hanya sanggup melakukan perannya selaku pembimbing.
        Filsafat membebaskan manusia dari cara berfikir mistis dan miste dengan membimbing manusia untuk berfikir secara rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berfikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia secara luas dan mendalam, yakini berfikir secara universal sambil berupaya mencapai radix dan menemukan esensi satu permasalahan. Filsafat membebaskan manusia dari cara berfikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk berfikir secara sistematis dan logis. Filsafat membebaskan manusia dari cara berfikir utuh dan begitu fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berfikir secara integral dan koheren.

1 komentar: