Minggu, 11 Desember 2016

Karateristik Perkembangan Spiritual Anak



Karateristik Perkembangan Spiritual Anak

Meskipun para peneliti tentang spiritual yang sehat mencatat bahwa spiritual harus dipahami dalam multidimensional, namun Ingersoll (1994) menggambarkan spiritualitas dalam tujuh dimensi, yaitu makna (meaning), konsep tentang ketuhanan (conception of divinity), hubungan (relationship), misteri (mistery), pengalaman (misalnya perience), perbuatan atau permainan (play), dan integrasi (integration).
1.     Karakteristik Perkembangan Spiritual Anak Usia sekolah Dasar
Tahap mythic-literal faith, yaitu dimulai usia 7-11 tahun. Menurut Fowler (dalam Desmita, 2009:281),bahwa tahap ini, sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya, anak mulai berfikir secara logis dan mengatur dunia dengan kategori-kategori baru. Pada tahap ini,  anak secara  sistematis mulai mengambil makna dari tradisi masyarakatnya, dan secara khusus menemukan koherensi serta makna pada bentuk bentuk naratif.
Sebagai anak yang tengah berada  dalam tahap pemikiran operasional  konkret, maka anak usia sekolah dasar akan memahami segala sesuatu yang abstrak dengan interpretasi secara konkret. Hal ini juga berpengaruh terhadap pemahaman mengenai konsep konsep keagamaan. Dengan demikian, gagasan gagasan keagamaan yang bersifat abstrak yang tadinya dipahami secara konkret,seperti Tuhan itu saja, Tuhan itu amat dekat,  Tuhan ada dimana-mana, mulai dapat dipahami secara abstrak.

2.     Karakteristik Perkembangan Spiritual Remaja
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak, keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan  yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan berfikir, simbolik Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada dilangit, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman terhadap keyakinan agama sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.
Oleh sebab itu, meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuan dalam perkembangan kognitifnya, mungkin mereka mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar